NASYIAH JAKSEL

NASYIATUL AISYIYAH JAKSEL merupakan sebutan bagi Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Jakarta Selatan periode 2004-2008. Ketua Umum : Isti Nurrohmah, S.Pd. Sekretaris Umum : Dini Wahdiyati R.S.Sos. Bendahara : Iis Balqis, SE. Alamat sekretariat : Jl. Tebet Timur Raya No. 565, Jakarta Selatan

Saturday, June 04, 2005

BULLETIN NASYIAH JAKSEL - JUNI 2005

Qom. 21 Khurdot 1384 HS
11 Juni 2005 MS
Untuk: Kerabat dan Sahabat
Assalamualaikum Wr.Wb

Pengenalan diri

Dalam pengembaraan intelektual, titik kepuasan dengan menemukan kebenaran hakiki bukan suatu yang mudah. Studi banding dan kritis dilakukan melalui upaya falsifikasi terhadap semua teori dan konsep yang sudah ada bahkan sudah berlaku permanen di tengah masyarakat. Ulama atau mereka yang berilmu pengetahuan dalam pandangan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia bahkan nabi bersabda: Tinta ulama lebih utama daripada darah suhada. Saya bukanlah seorang peneliti yang mempunyai bekal cukup untuk melakukan pengkajian, namun setiap kali saya membaca suatu yang baru dan itu telah saya yakini sebagai kebenaran, ingin segera rasanya menyampaikan dan menginformasikan kepada semua sahabat. Ada dua hal yang saya inginkan dengan menyampaikan informasi ini, yaitu pertama, semoga sama-sama menikmati kebenaran walau tidak semua orang siap untuk menerimanya, dan kedua, apabila ternyata kebenaran yang kuyakini itu salah, sahabat tercinta akan meluruskan penemuanku itu.
Menurut kaum cendekiawan salah satu tugas ulama atau penulis adalah menyampaikan sesuatu yang dipandangnya benar dan bermanfaat. Agar dengan itu manusia akan berjalan menuju sinar hidayat Allah Swt. Dan sanggup keluar- walau dengan berat- dari Lumpur kesesatan menuju cahaya Islam. Rasulallah saw bersabda: Apabila Allah memberi petunjuk (hidayah) kepada seseorang itu lebih baik dari terbitnya matahari, atau lebih baik dari dunia dan seluruh isinya. Dengan bermodalkan hadits ini, keinginan untuk memberikan setetes pengetahuan yang pernah saya baca kepada semua sahabat semakin meningkat.
Tetapi pola hidup masyarakat kita telah diracuni oleh virus konsumerisme, materialisme dan hedonisme. Pornografi dan pornoaksi telah menyelimuti langit kebudayaan masyarakat Indonesia termasuk mereka yang tinggal jauh di pedesaan. Kadang kita risau dari mana perbaikan umat harus dimulai ? Apakah sesuatu yang telah diyakini dapat diterima dengan baik ? padahal dunia kemaksiatan telah menaungi kehidupan kita setiap hari. Al Qur'an mengingatkan: jika kamu mengikuti kebanyakan manusia dimuka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah (al An'an/6:116)
Salah satu yang selalu mengganggu pikiranku adalah tidak sedikit umat Islam yang salah dalam memaknai dunia dan mensikapinya. Sebagian diantara mereka menjadikan dunia sebagai tempat kebahagiaan abadi, hingga seakan ia tidak membutuhkan keabadian akhirat. Sebagian yang lain, karena kemiskinan dan penderitaan hidup yang dialaminya, menyebabkan ia mengejar dunia hingga melupakan tugasnya kepada Allah, padahal Allah selalu memberikan rizki kepadanya. Sebagian yang lain, dengan sedikit ilmu agama yang diketahuinya, tetapi ia menjual ayat-ayat Tuhan dengan nilai yang murah. Tidak sedikit muballig bahkan ulama yang tunduk dan terhina dihadapan orang yang kaya, naudzubillah. Sebagian kaum cendekiawan dan politisi menjadi corong penguasa yang zalim dan semua pendapat dan ungkapannya sebagai alat legalisasi penguasa untuk menindas rakyat kecil. Kepada mereka semua (semoga kita tidak termasuk diantara mereka) akan saya bacakan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw: Ada enam hal yang menghapus amal seseorang: 1. Sibuk mencari dan membuka aib makhluk ( orang lain), 2. keras hati (tidak dapat menyerap nasehat),3. cinta kepada dunia ,4. kurang rasa malu, 5. panjang hayalan dan angan-angan serta 6. berbuat zhalim yang tidak berakhir.
Dunia ladang akhirat. Ladang bukan tempat menikmati hasil, tetapi tempat untuk bekerja. Kalau hari-hari kita di dunia dihabiskan untuk bekerja, insyaAllah hasilnya akan kita petik diakhirat. Hidup adalah perjuangan. Tidak ada hidup tanpa perjuangan. Perjuangan dalam berbagai bentuknya selalu penuh dengan rintangan dan cobaan. Siapa yang mampu mengatasi rintangan dan cobaan itu, akan menjadi pemenang. Nabi suci bersabda: Dunia itu indah dan menyenangkan. Siapa yang berusaha di dunia mencari harta yang halal dan ia menafkahkan sebagian haknya, maka Allah akan memberi ganjaran kepadanya dan disediakan surga untuknya. Dan siapa yang berusaha di dunia mencari harta yang tidak halal dan menafkahkan bukan pada haknya, maka tempat kembalinya adalah neraka.
Berjuang itu wajib, tetapi berjuang yang tidak sesuai dengan aturan Ilahi akan sia-sia. Saya kadang memperhatikan seorang yang sejak pagi buta berangkat dari rumahnya mencari harta dengan meninggalkan kewajiban agamanya dan kembali kerumahnya setelah matahari terbeman, namun kenyataan hidupnya tidak mencukupi juga. Dunia dikejar belum tentu didapat, akhirat ditinggal, pasti tersesat. Rasulallah Saw bersabda: Dunia adalah rumah bagi mereka yang tidak mempunyai rumah, dunia adalah harta bagi mereka yang tidak berharta dan dunia adalah tempat berkumpul bagi mereka yang tidak berakal. Siapa yang menjadikan dunia ini sebagai rumahnya, semua yang dimilikinya hanya untuk kebutuhan dunianya, saat ia pulang ke kampung (akhirat) ia tidak mempunyai rumah. Siapa yang menjadikan dunia ini sebagai hartanya, dunia dipelihara dan di simpan, saat menjumpai Tuhan ia tidak mempunyai harta sedikitpun dan siapa yang berkumpul dan bersenang-senang di dunia dan melupakan akhirat, adalah orang yang tidak berakal, karena semua orang yang berakal tahu bahwa dunia ini sementara.
Apakah dunia ini hina ? tidak. Lalu mengapa dunia digambarkan penuh dengan kesusahan dan kenistaan ? Yang dimaksud disini bukan dunia dalam arti materi, tetapi dunia dalam arti pandangan sejenak dan berpikirkan pendek. Imam Khomaini berkata: Semua pekerjaan dunia yang diniatkan untuk akhirat, maka disebut amal akhirat, sedangkan pekerjaan akhirat yang diniatkan untuk mengejar dunia disebut amal dunia. Dalam konsteks ini Nabi berpesan: Mencintai dunia adalah induk segala kesalahan. Menurut hemat saya yang diperlukan sekarang adalah meluruskan pandangan dan sikap dalam hidup di dunia. Nabi berpesan : Perbaikilah duniamu dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati besok. Lebih lanjut Nabi bersabda: cukuplah bagi seseorang dalam hidupnya di dunia, seperti bekal seorang musafir. Salah satu sifat orang yang beriman adalah menebar kebaikan ditengah masyarakatnya. Dengan berbuat baik berarti ia telah memperbaiki dunianya.
Zaman ini adalah zaman edan. Wanita yang memakai busana muslimah disebut memenjara kebebasan dan tidak emansipasif, sedangkan membuka aurat dan mempertontonkan kehormatan disebut sesuai perkembangan zaman. Muth'ah dan poligami dicerca sedangkan berzina dan melacur dianggap sudah biasa. Mendalami agama tertinggal zaman, meninggalkan agama kemajuan. Ulama berpolitik disalahkan, tetapi politisi membohongi rakyat sebuah kenyataan. Kemaksiatan ditengah masyarakat sudah zamannya, konsisten menjalankan agama fanatic dan stagnan. Kejujuran dicurigai, sedangkan korupsi dan manipulasi dilegalkan
Dalam kondisi seperti ini, kita dituntut untuk selalu menebar kebaikan dan kebaikan. Kebaikan terwujud dalam dua bentuk seimbang yaitu amar ma'ruf dan nahi munkar. Mengajak orang lain berbuat ma'ruf dan mencegah orang lain berbuat munkar itulah kebaikan. Meninggalkan salah satu dari dua sayap kebaikan itu akan terjadi ketimpangan. Tugas berikutnya dalam menata hidup di dunia adalah beramal, berkerja dan berbuat. Kebaikan tidak cukup diinformasikan, tetapi harus dilakukan dan diaplikasikan dalam alam nyata. Al Qur'an menghina orang yang hanya pandai berkata, tetapi tidak beramal. Atau menyuruh berbuat baik, tetapi dirinya berbuat buruk. Menebar kasih dan membangun kebajikan cermin dari syukur dan kesabaran. Nabi Muhammad Saw bersabda: Ada dua hal, apabila kedua itu ada pada dirinya dinilai sebagai orang yang bersyukur dan bersabar dan bila tidak ada dua hal itu, ia tidak bersyukur dan tidak sabar. Dua hal itu adalah: Pertama, Siapa yang memandang dalam urusan agamanya kepada orang yang lebih tinggi kualitas agamanya serta mengikutinya. Kedua, orang yang memandang dalam urusan dunia kepada orang yang lebih kurang dari dirinya, lalu ia memuji Allah atas karunia yang ada padanya. Siapa yang mempunyai dua sifat ini dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan bersabar. Sebaliknya, siapa yang memandang dalam urusan agamanya kepada orang yang kurang dari dirinya dan memandang dalam urusan dunia kepada orang yang lebih kaya dari dirinya, maka ia akan selalu bersedih. Orang semacam ini tidak dicatat sebagai orang yang bersyukur dan sabar.
Hidup di dunia ini adalah sementara, itu sudah pasti. Setiap orang yang berakal tahu bahwa dunia ini tidak abadi. Tidakkah manusia memperhatikan rambutnya ? satu demi satu berubah menjadi putih. Perubahan itu tidak terasa. Seperti itulah umur setiap hari berkurang tanpa terasa tapi pasti. Orang yang cerdas adalah mereka yang dapat mengambil pelajaran dari semua fenomena disekitarnya. Ada dua hal yang sangat dibenci manusia yaitu kematian dan kekurangan harta. Padahal kematian lebih baik dari fitnah dan cobaan hidup di dunia. Manusia benci kepada sedikit harta, padahal sedikit harta sedikit pula hisab di akhirat. Manusia hidup antara dua hari; hari pertama telah dilaluinya, pada hari itu amalnya telah selesai dan ia tidak dapat beramal lagi karena hari telah berlalu. Semua amal pada hari yang telah lalu menunggu waktu penghisaban. Hari kedua adalah hari yang akan datang atau hari yang tertinggal , pada hari yang akan datang ia tidak tahu apakah usianya sampai atau tidak. Kalau kita tahu bahwa hidup Cuma dua hari mengapa tidak segera berbuat baik untuk kebaikan orang lain. Dan jangan sekali-kali menunda kebaikan pada masa yang belum tentu kita sampai kepadanya.
Sekali lagi, yang diperlukan dalam penataan hidup di dunia adalah meluruskan pandangan terhadap hakikat kehidupan di dunia ini. Sering kali manusia tidak tahu makna hidup ini hingga ia salah dalam mensikapi hidup di dunia. Dan ada pula orang yang salah dalam memandang dunia ini hingga salah pula dalam menjalani hidup di dunia ini. Nabi Muhammad Saw bersabda: Seandainya kalian mengetahui dunia ini seperti pengetahuanku, pasti kalian sedikit tertawa dan banyak menangis dan kalian tidak enak makan dan minum. Pada kesempatan lain Nabi mengingatkan kita: saat kita meninggal dunia ada tiga hal yang mengantarkan kita ke kubur, dua akan kembali kerumah dan satu akan bersama kita di kubur. Dua yang kembali kerumah adalah keluarga dan harta kita, sedangkan yang setia dengan kita amal yang pernah kita lakukan, baik atau buruk.

Dari kampung nan jauh di negeri seberang.
Ada kerinduan untuk perjumpaan, tetapi aku lebih rindu kepada keshalihan. Semoga Saudaraku semua merindukan pertemuan dengan kekasih abadi, Allah Swt. Amien.
Wassalam

M. Zuhdi Zaini dan keluarga.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home